“Aku akan menunggumu disini”
5 orang remaja, sebut saja Rafky, Nelva, Hery, Alifa, dan
Ego. Yang menyatu dalam satu ikatan persahabatan yang erat penuh dengan
keceriaan dan keharuan dalam setiap waktu yang mereka jalani bersama.
Hari pertama masuk pada tahun ajaran baru, tepatnya naik
kelas XII.
“Hai Nel...” sapaan Rafky membangunkan Nel dari lamunan.
“Duch... ngagetin aja tahu gak??!” sertak Nelva
“Ya maaf, kamu sih dari tadi aku lihatin kayak nglamun
terus. Mikirin aku ya?? Tau kok kalau kangen ma aku” ledek Rafky
“Yee... sapa juga yang mikirin kamu mengharap banget”.
Celetus Nelva dengan sinis.
“Lha terus nglamun apa?”
“Aku angan-angan aja, sekarang kita kan dah kelas XII,
habis nich lulus terus... bubar semua dech”.
“Duch Nel. Itu kan masih entar yang sekarang ada di depan
kita ya itu yang kita jalani dulu” kata Rafky
Dari kejauhan terlihat Alifa yang berjalan mendekati
Rafky dan Nelva. Alifa adalah teman mereka yang kocak, doyan makan, dan
kerjanya selalu pingin tau, tapi nyenengin...
“Hai lagi ngobrol apaan sih. Kayak serius banget?” tanya
Alifa
“Kebiasaan dech dateng-dateng langsung cari info”. Ucap
Nelva dengan nada sedikit meledek.
“Dah yuk, ayo masuk. Bu Bety sudah jalan kesini tuch”.
Ajak Rafky
“Yach Raf,, pertanyaanku tadi kan belum dijawab”. Kata
Alifa dengan suara melas.
Rafky
dan Nelva berjalan masuk kelas disusul Alifa dengan wajah menggerutu karena
tidak dihiraukan mereka berdua.
Setelah pelajaran bu Bety selesai...
“Duch, melas banget ya, hari pertama masuk udah dapat
pelajaran”
“Iya Al...” tambah aku dengan agak malas.
“Eh Nel, ngomong-ngomong si Rafky kemana, cepat banget
ngilangnya itu anak”
“Nggak tau... ke kelas sebelah mungkin, biasanya kalau
gak ma kita kan ke Hery dan Ego”.
“Mungkin. ya udah ke kantin yuk. Aku lapar”. Al langsung
menyeret tangan Nelva.
Rafky, Nelva, Ego, Hery, dan Alifa bersahabat semenjak
mereka mulai masuk bangku SMA itu artinya, persahabatan mereka mulai menginjak
tahun ke-3. Hubungan mereka yang bisa dibilang cukup lama, membuat mereka
seperti saudara, keman-mana selalu bersama.
“Pagi Nel, Pagi Al...” sapa Rafky
“Pagi Raf” jawab Nel dan Al serentak.
“Raf, Nel aku mau cerita nich...”
“Cerita soal apa?” tanya Rafky dengan nada penasaran
“Gini habis lulus entar orang tuaku pingin aku ikut
kursus jahit”
“Hahaha...” Rafky langsung tertawa lebar.
“Raf... jangan gitu dengerin dulu”. Ucap Nel menghentikan
tawaan Rafky
“Ortuku pingin aku buka usaha di rumah”. Tambah Al
“Ya nggak papa Al. Baguskan daripada kamu nganggur di
rumah sebelum nerusin buat kuliah” kata Nelva
“Terus, kalau kalian rencananya gimana?” tanya Alifa
“Kalau aku mungkin kuliah di daerah sini-sini aja, gak
migrasi kemana-mana”. Jawab Nelva
Tiba-tiba Hery dan Ego datang...
“Lagi gosip apa nih?” tanya Ego yang langsung nyomot
“Gosip... gosip. Enggak lah”. Sahut Alifa ketus.
“Terus ngomongin apa? Ngomongin aku ya?” ledek Hery
“Dasar sok PD” celetuk Rafky
“Kita lagi ngomong-ngomong lulus rencanaya kemana” pungkas
Nelva
Tidak terasa waktu sudah berjalan 6 bulan. Seperti biasa,
setiap habis semester Sekolah mengadakan Classmeet, ya sebagai sarana
penyegaran dan pelepas penat waktu semester. Rafky, Nelva, dan kawan-kawan
ngumpul bersama di depan lapangan Basket. Melihat pertandingan Bola Basket.
Hery, Ego, dan Alifa sibuk menikmati pertandingan sampai-sampai mereka tidak
sadar kalau tingkah mereka over. Teriak-teriak kayak suporter Sepak Bola dunia.
Tapi disisi lain...
“Nel, aku pingin ngomong agak penting”. Ucap Rafky dengan
nada sendu.
“Ngomong soal apa Raf?”
“Habis lulusan ntar aku pindah ke Serang (Banten)”
“Apa!!” Nel langsung kaget dengan ucapan Rafky
“Ada apa sih Nel, kok sampe segitu kagetnya?” tanya Alifa
yang ikut kaget gara-gara suara Nelva.
“Nggak ada apa-apa, Nel aja yang heboh”. Tambah Rafky
untuk menghilangkan rasa penasaran Alifa
“Oh... ya udah. Kirain ada apa... lagi seru nich
pertandingannya” Al begitu semangat
Dalam persahabatan mereka. Rafky dan Nelva memang sangat
dekat dibanding yang lain. Tidak ada rahasia diantara mereka berdua secuil pun.
Mereka berdua saling melengkapi dan saling terbuka satu sama lain. Selalu ada
dalam suka maupun duka, tapi bukan berarti sahabat yang lain tidak mempunyai
peran penting bagi Nel dan Rafky.
Hari ini masih seperti kemarin, Classmeet hari kedua
diisi dengan kegiatan lomba Voli antar kelas. Seperti biasa, mereka ber 5
berkumpul.
“Eh, ke lapangan yuk??” ajak Ego kepada kami semua
“Ayo, tapi ke kantin dulu. G pas rasanya kalau g
dibarengin nyemil”
“Dasar Alifa, gimana badan g gendut lha wong mulut nyelep
terus, kayak mesin giling”. Ejek Hery
“Biarin yang penting aku sehat lagian ntar juga
nyambar-nyambar tu tangan kalau tahu aku bawa makanan” cerocos Alifa
“Hehehehe... ya dah ayo” Seret Hery
Sementara Alifa dan Hery pergi ke kantin. Nelva, Rafky,
dan Ego menuju lapangan Basket untuk melihat pertandingan. Dan tidak lama
kemudian, Al dan Hery datang dengan membawa snack dan minuman.
“Nich aku bawain buat sobat-sobatku tersayang” Alifa
menyodorkan.
“Eh, g kurang tuch... bawa makanan sebanyak itu?” tanya
Rafky setengah meledek
“Ya ampun Al, mank bener-bener selep ya kamu ini”. Ejek
Nelva.
“Wah-wah... sebulan lagi jadi gagah beneran nich” tambah
Ego
“Udah dech... kalian ini bawel banget kalau lagi sobatnya
senang” cerewet Alifa
“Eh, aku ke kantor bentar ya, ada urusan bentar ma bu
Rahma”. Ijin Nel kepada teman-temannya
“Ma siapa?” tanya Hery
“Aku ngajak Rafky aja deh, kalian jagain teman kita satu
ini biar dia g over makannya”. Tambah Nelva dengan menyeret tangan Rafky dan
pergi dengan terburu-buru.
Sebenarnya Nel tidak pergi untuk menemani bu Rahma, dia
mengajak Rafky ke kelas untuk membicarakan masalah kemarin yang tertunda.
“Raf, coz kemarin...?”
“Iya Nel, aku tau yang kamu maksud” Rafky langsung memotong
perkataan Nelva.
“Kamu tau kan, disini aku tinggal dengan Nenekku
sementara orangtuaku ada di Serang (Banten). Sebenarnya, sejakku lulus SMP
dulu, orangtuaku sudah mengajak aku pindah kesana. Tapi aku masih belum bisa
jauh ma Hery dan Ego. Aku juga pernah
cerita kan, kalau aku sudah berteman dengan mereka sejak kecil disini. Mereka
seperti saudara kandungku sendiri”.
“Terus...?” tanya Nel dengan raut muka sedih
“Kemarin ayahku telpon, beliau ingin setelah aku lulus
nanti, aku melanjutkan kuliah disana. Mereka ingin aku berkumpul dengan mereka. Aku bertemu mereka aja jarang sekali,
kalau g waktu ortu cuti atau libur lebaran aja” Rafky menjelaskan dengan
hati-hati kepada Nel.
“Iya, aku ngerti maksud kamu Raf” kata Nel dengan sedih
“Kamu nggak papa Nel...?” tanya Rafky
“Ng...nggak kok”. Jawab Nel dengan terbata.
Dalam hati, sebenarnya Nel merasakan kekecewaan dengan
kabar itu, dia merasa seperti tidak rela bila Rafky pergi jauh dari Nel. Tapi
dia mencoba menutupi dari Rafky.
“Dah yuk, kita balik. Pasti mereka udah ngomel-ngomel tu
kalau kita nggak nongol-nongol” agak Nel untuk mengalihkan pembicaraan.
“Ya udah... ayo”
“Eh bentar lagi kan kita UNAS nich, gimana kalau kita
belajar bareng” usul Hery
“Ide bagus” tambah Ego dengan nada sok OK.
“Terus, kapan kita mulainya?” tanya Al
“Ya lebih cepat lebih baik “ ucap Nel serentak dengan
Rafky
Sejak hari itu, tiap hari Sabtu dan Minggu sore mereka
berkumpul untuk belajar kelompok.
4 bulan kemudian, mereka selesai menghadapi UNAS, mereka
hanya tinggal menunggu hasil UNAS dengan harap-harap cemas. Para siswa kelas 3
di waktu-waktu seperti ini, tidak melakukan hal penting. Mereka memang datang
ke sekolah, tapi tidak untuk mengikuti pelajaran.
“Bosen nich...” nada Alifa dengan malas
“Ikut aku yuk, ke Perpustakaan, kalau g gitu ya
muter-muter” ajak Ego
“Terus Nel gimana, masa’ ditinggal?” tanya Al
“Nggak apa-apa, Nel biar ma aku”. Kata Rafky
“Iya Al ga apa-apa, aku juga mau belajar latar sama
Rafky”
“Oo... ya udah, tapi ngomong-ngomong si Hery kemana dari
tadi tidak kelihatan batang hidungnya”. Tanya Alifa sambil lihat sana-sini.
“Ke Lab. Komputer kali... dia kan hoby banget kalau
online. Dah yuk...” Ego menarik tangan Alifa.
Ego dan Alifa pun pergi meninggalkan Rafky dan Nelva.
“Raf, aku mau tanya ma kamu, jujur ini semua memenuhi
pikiranku” tanya Nel memulai pembicaraan.
“Iya Nel, apa?” jawab Rafky dengan menatap Nel
“Apa setelah lulus ntar, kamu bakal netap disana? and
pergi ninggalin aku” tanya Nel lagi dengan sedih...
“Aku juga gak tahu Nel, tapi aku usahakan tiap libur atau
waktu senggang, aku sempatin buatin pulang kesini meskipun bentar”
“2 minggu lagi sudah perpisahan Raf, itu artinya kamu
disini tinggal 2 minggu aja” ucap Nel dengan nada sendu, dia terus merunduk.
“Nel jangan sedih. Aku gak tega lihat kamu kayak gini...
yang jelas sekarang aku masih ada sama kamu, duduk disampingmu”. Rafky iba
melihat Nel seperti itu.
“Iya Raf, tapi...?” (Nelva begitu sedih)
“Nel, aku gak mau kamu sedih, jangan gini Nel... aku
pergi bukan berarti semua bakal selesai...” Rafky mencoba menenangkan Nel.
Malam harinya, kira-kira pukul 11.00 wib Rafky mengirimi
pesan singkat kepada Nel yang berisi puisi penuh arti ;
“Aku kirimi puisi ini khusus buat kamu
Nel”
Bintang
memancarkan bias kesetiaan
Menemani
rembulan seiring lepasnya petang
Kokoh dalam
ikrar, jauh dan tak kenal kata ingkar
Menapak tegak
kalam sang Maha Kaisar
Maka,
pandanglah aku tafsirkan ma’rifat qalbu
Terjemahkan
syariat kasihmu dalam setiap
Ayat-ayat
cintamu, maka kau akan jatuh
Pasti kan
tersipuh, dalam sunggingan senyum yang terurai
Hakikat
“Nel, jangan dipikir terus ya soal omongan kita tadi
pagi, aku nggak mau lihat kamu sedih..”
“Tapi aku gak rela Raf... hubungan persahabatan kita udah
lama. Aku juga dah ngrasa nyaman sama kamu, tapi kenapa harus gini”
“Aku kirim puisi ini agar sedikit meredam pikiranmu
percaya sama aku. Biar pun aku jauh tapi aku coba selalu ada kapan aja kamu
butuh aku” Rafky mencoba meyakinkan Nelva.
“Sekarang kita tidur aja, sudah malam. Aku nggak mau kamu
sakit”
“Ya sudah, malam” Nelva mengakhiri smsnya...
Malam itu Nel benar-benar tidak bisa tidur, entah kenapa hatinya menjadi tidak
karu-karuan. Sedih, hancur, nggak
terima, pingin nangis, nggak tenang, semua campur menjadi satu.
4 hari sebelum perayaan perpisahan nilai UNAS pun keluar,
dipajang di Mading sekolah. Semua siswa-siswi bergenbira karena dapat lulus 100
%. Seperti biasa, Rafky, Nelva, dan yang lain berkumpul dan melihat
bersama-sama di Mading.
“Alhamdulilah... kita semua lulus” kata Al dengan girang
“Iya, nilai kita juga bagus-bagus” tambah Hery
“Berarti kegiatan belajar kelompok kita membuahkan hasil”
kata Rafky
“Aku senang...” Al terus berteriak-teriak kegirangan.
“Kamu kenapa Nel, dari tadi diam?” apa kamu nggak senang
kalau kita lulus?” Ego mendekati Nel yang hanya tertunduk dengan diam tanpa
sepatah kata pun.
“Bukan begitu, aku senang banget, tapi disisi lain aku
sedih banget” Rafky langsung memandang Nelva.
“Apa yang buat kamu sedih?” tanya Hery dengan pelan.
“Aku sedih karena kita akan berpisah, kita nggak bisa
bareng-bareng lagi. Apalagi Rafky juga bakal pergi” (Nel ingin menangis)
“Nel, kita juga nggak kepingin kalau pisah. Tapi kamu
harus ingat dimana ada pertemuan, disitu juga ada perpisahan” teman-teman yang
lain mencoba memberi pengertian kepada Nelva.
Akhirnya, hari perpisahan pun telah usai. Sekarang adalah
hari terakhir di sekolah. Seperti biasa, mereka semua berkumpul kali ini untuk
terakhir kalinya mereka melepas segala rasa yang ingin diutarakan sebelum
mereka berpisah. Dan hari ini juga Rafky langsung ke Serang dan ternyata Hery
juga mendadak akan pergi ke Makasar.
“Nel, hari ini aku
akan pergi ke Serang. Hari ini hari terakhir kita bertemu. Aku pasti akan rindu
banget saat-saat seperti sekarang” Rafky berpamitan dengan Nel. Tapi Nel tidak
berkata apa pun, dia tertunduk diam di depan Rafky.
“Nel, pandang aku... jangan diam seperti ini”
“Aku nggak rela kamu pergi ninggalin aku” Nel langsung
menatap Rafky
“Kamu menangis Nel?” ucap Rafky yang seketika itu
langsung membuat Al, Ego, dan Hery menatap ke arah Nel.
“Jangan nangis Nel, aku malah jadi nggak tega buat
ninggalin kamu. Hatiku hancur kalau lihat kamu seperti ini. Aku nggak kuat Nel,
aku nggak bisa lihat kamu nangis” Rafky langsung memeluk Nel.
“Aku janji, aku akan selalu ada buat kamu meskipun kita
terpisah jauh. Aku nggak akan pernah lupain kamu, kamu akan selalu ada di
hatiku kapan pun dulu sekarang dan nanti bahkan selamanya. Karena aku sayang
kamu Nel” Rafky meyakinkan Nel dengan penuh kesungguhan.
Nelva semakin menangis terisak-isak dalam pelukan Rafky.
Disitu baru semua tahu bahwa sebenarnya Rafky dan Nelva mempunyai perasaan yang
sama, dari sikap mereka berdua, itu sudah menjelaskan kepergian Rafky diiringi
tangisan dan kehancuran hati Nelva.
Artikel Terkait