OLEH : MAHMUD ISNAINI
NIM. 16410075
MAHASISWA PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
I.
PENDAHULUAN
Ilmu sosial menunjukan
pada obyeknya yaitu masyarakat. Fenomena sosial yang disebut dengan istilah mobilitas
kini telah menjadi sasaran penelitian sosial yang semakin menarik, bukan hanya
bagi kalangan sarjana ilmu sosial tetapi juga bagi instansi pemerintah.
Keinginan untuk mencapai
status dan penghasilan yang lebih tinggi daripada apa yang pernah dicapai oleh
orang tua seseorang, merupakan impian setiap orang. Keinginan-keinginan itu
adalah normal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Konsep Tentang Mobilitas Sosial
B.
Sifat Dasar Mobilitas Sosial
C.
Manfaat dan Kerugian Mobilitas Sosial
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
E.
Dampak Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk
III.
PEMBAHASAN
A. Konsep Tentang Mobilitas
Sosial
Fenomena sosial di dalam
tubuh masyarakat demi kepentingan metodologi lazim dibagi dua, yaitu mobilitas
sosial dan mobilitas geografik. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis
yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat
lain. Sementara, kata sosial dalam istilah mobilitas sosial adalah untuk
menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial
adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang dari strata sosial
yang satu ke strata sosial yang lain.sedangkan mobilitas geografik
adalah perpindahan orang atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain.[1] Sebagai contoh untuk terjadinya perubahan status
sosial, seseorang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena ketiadaan
lapangan kerja, atau sebaliknya mobilitas sosial seringkali mengakibatkan
adanya mobilitas geografi yang disertai dengan segala kerugian yang
menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial yang sudah demikian lama terjalin.
Demikian halnya mobilitas geografis akan mempengaruhi terhadap mobilitas
sosial.[2]
Apabila seorang guru
kemudian pindah dan beralih pekerjaan menjadi pemilik toko buku, dia melakukan
gerak sosial. Juga apabila seseorang yang semula mendapat gaji bulanan sebesar
Rp. 250.000,00 kemudian pindah pekerjaan karena tawaran dengan gaji yang lebih
tinggi. Tipe-tipe gerak sosial ada dua
macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal.
a)
Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Contohnya seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan
yang sederajat. Dengan adanya gerak sosial horizontal, tidak terjadi perubahan
dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial.
b)
Gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek
sosial dari suatu kedudukan sosial kekedudukan lainnya, yang tidak sederajat.
Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik
(sosial-climbing) dan yang turun (sosial-sinking).
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2 bentuk utama:
Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai 2 bentuk utama:
·
Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam
kedudukan yang lebih tinggi,
·
Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat
yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai 2 bentuk utama:
·
Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya,
B.
Sifat Dasar Mobilitas Sosial
Masyarakat yang berkelas
sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi
sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang rendah.[4]
Pada masyarakat berkasta
yang sifatnya tertutup, hampir tak ada gerak sosial yang Vertikal karena
kedudukan seseorang telah ditentukan sejak dilahirkan. Pekerjaan, pendidikan
dan seluruh pola hidupnya. Karena struktur sosial masyarakatnya tidak
memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Dalam sistem lapisan
terbuka, kedudukan yang hendak dicapai tergantung pada usaha dan kemampuan si
individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha mempunyai peluang yang
lebih baik dan lebih besar daripada anak seorang tukang sapu jalan. Akan
tetapi, kebudayaan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang
sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula
dipunyainya. Namun kenyataan tidaklah seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada
hambatan dan kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi (dalam arti yang kurang
baik), biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat, dan lain
sebagainya.[5]
Bila tingkat mobilitas
sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial para individu berbeda, maka
mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan
sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, maka tentu saja
kebanyakan orang akan terkungkung dalam status para nenek moyang mereka.
C.
Manfaat dan Kerugian Mobilias Sosial
Meskipun mobilitas sosial
memungkinkan masyarakat untuk mengisi kursi jabatan dengan orang yang paling
ahli dan memberikan kesempatan bagi orang untuk mencapai tujuan hidupnya, namun
mobilitas sosial pun memiliki beberapa kerugian. Manfaat mobilitas sosial
tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu dan
masyarakat, mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka bersifat
menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu tetap memiliki konsekuensi
negatif.
Konsekuensi negatif tersebut mencakup kecemasan akan penurunan status bila
terjadi mobilitas menurun; ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status
jabatan yang ditingkatkan; keretakan antar anggota kelompok primer, karena
seseorang berpindah status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Seseorang yang dinaikan jabatannya mungkin saja merasa cemburu melihat
ketenangan masyarakat yang kurang mobil.orang tua dan putra-putrinya dapat
saling merasa sebagai orang asing.
Beberapa studi lainnya
telah pula mengemukakan bahwa mobilitas-menurun berkaitan dengan banyak hal
yang mencemaskan, seperti misalnya gangguan kesehatan, keretakan keluarga,
perasaan terasing (alienasi) dan keterpencilan sosial (social distance). Namun
demikian, penyebab dan akibatnya tidak dapat diidentifikasi. Hal-hal yang
mencemaskan seperti itu dapat saja merupakan penyebab ataupun akibat dari
mobilitas menurun. Baik bagi individu maupun masyarakat, manfaat dan kerugian
mobilitas sosial, serta masyarakat bersistem terbuka, masih dapat
diperdebatkan.[6]
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
1.
Faktor Struktural
Faktor struktural adalah
jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan
untuk memperolehnya. Contohnya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang
tersedia dibandingkan dengan jumlahpelamar kerja.
a.
Struktur Pekerjaan
Sebuah masyarakat yang
kegiatan ekonominya berbasis industri dengan teknologi canggih, tentunya yang
berstatus tinggi akan lebih banyak dibandingkan dengan yang berkedudukan
rendah. Sehingga untuk itu yang berkedudukan rendah akan terpacu untuk
menaikkan kedudukan sosial ekonominya.
b.
Perbedaan Fertilitas
Setiap masyarakat memiliki
tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan
berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan
tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses
mobilitas sosial yang akan berlangsung.
c.
Ekonomi Ganda
Setiap negara yang
menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern) sebagaimana terjadi di
negara-negara Eropa dan Amerika, tentunya akan berdampak pada jumlah pekerjaan,
baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah. Bagi masyarakat yang berada
dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada
keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam
masyarakat seperti ini (modern) kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh
faktor prestasi.
2.
Faktor Individu
Faktor individu ini lebih
menekankan pada kualitas dari orang perorang, baik dilihat dari tingkat
pendidikan, penampilan maupun keterampilan pribadinya.
a.
Perbedaan Kemampuan
Setiap inidvidu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda.
b.
Orientasi Sikap Terhadap Mobilitas
Setiap individu memiliki
cara yang beragam dalam mengupayakan meningkatkan prospek mobilias sosialnya.
c.
Faktor Kemujuran
Usaha adalah sebagai
proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran tetap berada pada posisi yang
tidak bisa kita anggap sepele.
3.
Faktor Status Sosial
Status sosial orang tua
akan terwarisi kepada anak-anaknya.
4.
Faktor Keadaan Ekonomi
Masyarakat desa yang
melakukan urbanisasi karena akibat himpitan ekonomi di desa. Masyarakat ini
kemudian bisa dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami mobilitas.
5.
Faktor Situasi Politik
Kondisi politik suatu
negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas sosial. Karena dengan
kondisi politik yang tidak menentu akan sangat berpengaruh terhadap struktur
keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah keinginan masyarakat untuk pindah ke
daerah yang lebih aman.
6.
Faktor Kependudukan (demografi)
Dengan pertambahan jumlah
penduduk yang pesat dapat mengakibatkan sempitnya lahan pemukiman dan
mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut masyarakat untuk melakukan
transmigrasi.[7]
7.
Keinginan melihat daerah lain
Apabila keinginan melihat
daerah lain itu dikuasai oleh jiwa (mentalitas) mengembara, biasanya kuantitas
mobilitas agak terbatas pada orang-orang atau suku bangsa tertentu. Suku
minangkabau dan suku Batak misalnya, sering dikatakan memiliki jiwa petualang.
Ada semacam naluri yang hidup didalam jiwa pemuda Minang dan batak untuk
merantau ke daerah lain, atau melihat kehidupan di kota lain, sebelum mereka
menjalankan pekerjaannya ditempat yang tetap.[8]
E.
Dampak Mobilitas Sosial Terhadap Komposisi Penduduk
1.
Dampak Positif
Bisa memberikan motivasi
bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status yang
lebih tinggi.
2.
Dampak Negatif
Setiap perubahan
(mobilitas) pasti akan memiliki dampak negatif, dan hal itu bisa berupa
konflik. Dalam masyarakat bayak ragam konflik yang mungkin terjadi akibat dari
terjadinya mobilitas ini, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar
generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Sehingga akan berakibat pada
menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok.[9]
IV.
KESIMPULAN
mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau kelompok orang strata sosial yang satu
ke strata sosial yang lain.
Masyarakat yang berkelas
sosial terbuka adalah masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi
sedangkan masyarakat yang berkelas sosial tertutup adalah masyarakat yang
memiliki tingkat mobilitas yang rendah.
Manfaat mobilitas sosial
tidak dapat dipisahkan dari kerugiannya. Ditinjau dari sudut individu dan
masyarakat, mungkin saja masyarakat yang bersistem sosial terbuka bersifat
menguntungkan. Akan tetapi masyarakat seperti itu tetap memiliki konsekuensi
negatif.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Mobilitas Sosial Faktor Struktural, Faktor individu, faktor status
sosial, faktor keadaan ekonomi, faktor situasi politik, faktor kependudukan,
dan faktor keinginan melihat daerah lain.
Dampak positif dapat
memberikan motivasi, dampak positif berupa konflik.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang
dapat kami sampaikan. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari dosen yang membangun
sangat kami harapkan. Agar dalam makalah kami kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
B. Horton Paul dkk, Sosiologi, Jakarta:PT Erlangga, 1999
·
Khafi Syatra Abdul, Buku Pintar Sosiologi, Yogyakarta: PT. Garailmu,
2010
·
OC Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, Yogyakarta: PT KANISIUS ,
1989
·
Soekanto soerjono, sosiologi suatu Pengantar , Jakarta :PT. Raja
Grafindo Persada, 2006
[9] Ibid, Abdul Khafi Syatra, Buku Pintar
Sosiologi, hlm: 190
Artikel Terkait